Jurnalis Vs Konflik Sosial | Tantangan Jurnalis di Era Digital

Published: Sept. 15, 2021, 2 p.m.

b'

Jadi jurnalis itu sulit, apalagi di era digital kayak sekarang. Sulitnya gimana? Cobak bayangin karena headline dari sebuah berita masyarakat bias heboh loh. Headline doing loh yang gak lebih dari 100 karakter aja udah buat netizen plus 62 heboh, apalagi beritanya.
\\nKarena adanya era digital, akhirnya berita itu gampang tersebar. Bagus memang untuk jurnalisnya, tapi kadang berita yang dikirim jurnalis bisa menimbulkan bencana loh. Benacana apa? Konflik social.
\\nKadang sebuah berita kalau terlalu mengeksploitasi perasaan dari narasumber dan buat narasumber itu blunder bakalan buat masyarakat geram loh. Contoh lah kata memaafkan diantara kata pelaku pelecehan dan korban, nah itu akan menambah bumbu konflik di masyarakat. Masalahnya kan masyarakat udah geram loh sama kejadiannya, ini di eksploitasi lagi yam akin geram. Karena dalam beberapa kasus, ketika seorang mengeksploitasi perasaan seseorang terhadap sebuah kejadian, dan blunder, maka akan menimbulkan bencana baru yaitu konflik social.
\\nMemang dalam masyarakat konfik tidak dapat dihindarkan. Tapi kita harus berusaha juga agar tidak memanas manasi konflik tersebut dengan tulisan yang kita buat. Ini adalah tantangan buat jurnalis era digital. Karena beritanya gampang tersebar, pembaca udah pasti aman dong, jadi buat berita yang tidak mengeksploitasi perasaan dari narasumber. Buatlah sebuah berita yang mana memberitakan apa yang terjadi dan tanpa bumbu dramatisasi, agar masyarakat membaca tanpa emosi.
\\n
\\n#journalismday2021
\\n#lombajournalismday2021
\\n#meclubilmukomunikasiuniversitasbakrie
\\n#ilmukomunikasibakriebeda
\\n#experientiallearning
\\n#akreditasiA
\\n#diarykuliah
\\n#podcast
\\n#podcastIndonesia
\\n@journalismday2021
\\n@meclub_ub

\\n\\n--- \\n\\nSend in a voice message: https://podcasters.spotify.com/pod/show/diarykuliah/message\\nSupport this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/diarykuliah/support'